Kamis, 26 Desember 2013

LAGU TERBAIK TAHUN INI

Paling tidak itu menurut versiku, lagu "OPLOSAN" yang dicover ulang oleh Soimah sarat akan pesan dan makna, lirik lagu ini mengingatkan pesan-pesan Sunan Kalijaga atau Pujangga besar Jawa Ronggowarsito dalam kidung atau guguritan yang begitu membumi di tanah Jawa, seperti Tombo Ati, Lir ilir, Sabda Tama, Sarat Joko Lodang. 
Era berikutnya kita mengenal  karya Rhoma Irama, dengan lagu Judi dan Mirasantika yang begitu familiar di era 90. Lalu siapakah pencetus Lagu OPLOSAN sebenarnya.? 
Dia adalah Nur Bayan yang lahir dan besar di Kediri, dalam versi aslinya yang beredar di Dunia Maya lagu tersebut bergenre Campursari dan agak berbeda dengan Soimah yang seperti membawa lagu tersebut ke arah Koplo dengan tetap dengan karakter dia bernyanyi ala sinden, partitur dan  nada dasar juga diubah sesuai dengan gaya Soimah bernyanyi. 
Namun dalam versi apapun saya mendengar lagu ini tetap tidak kehilangan makna akan esensi dari lagu itu sendiri.


Soimah dan Nur Bayan (Foto. Detik.com)


Dalam Versi Jawa 
Opo ora eman duite
gawe tuku banyu setan
opo ora mikir yen mendem
iku biso ngrusak pikiran
ojo diteruske mendemme
mergo ora ono untunge
yo cepet lerenono mendemu
ben dowo umurmu
Tutupen botolmu tutupen oplosanmu
emanen nyowomu ojo mbok terus teruske
mergane ora ono gunane
Dalam Versi Indonesia
Tidakkah kau sayang uangmu
untuk beli air setan
pernahkah kau fikir minuman
bisa merusak fikiran
jangan kau teruskan mabukmu
karna tidak ada untungnya
cepatlah bertaubat dirimu
agar panjang umurmu
Tutuplah botolmu tutuplah oplosanmu
sayangi nyawamu jangan kau terus teruskan
karena tidak ada gunanya
*Lirik tersebut masih ada kelanjutanya.... silakan cari sendiri.


Minggu, 24 November 2013

Kapan dunia mengenal korupsi?



                  hukumzone.blogspot.com - 1580 × 1157 - Search by image  



Raja Hammurabi dari Babilonia, yang naik tahta sekitar tahun 1200 sebelum masehi, memerintahkan salah seorang gubernur untuk menyelidiki satu perkara penyuapan. Disebutkan pula bahwa hukum Hammurabi mengancam beberapa bentuk korupsi oleh pejabat pemerintahan dengan hukuman mati. Shamash, seorang raja Assiria (sekitar tahun 200 SM) menjatuhkan pidana tegas kepada hakim yang terbukti menerima suap.
Tidak bisa dijelaskan secara utuh dan empiris kapan sebenarnya dunia mulai mengenal korupsi, namun jejak sejarah itu  mungkin bisa dijadikan acuan sebagai cikal bakal kemunculan korupsi yang mewabah dibeberapa negara semenjak awal Masehi, tepatnya mungkin saat manusia mulai mengenal kekuasaan yang bersifat administratif.
Di negara seperti Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Cina, Yunani, dan Romawi adalah negara yang pernah terjangkit korupsi, mulai dari tingkat pejabat daerah, kementrian, anggota parlemen, pejabat publik hingga kepolisian.
Kemunculan korupsi erat hubungannya dengan para mafia yang berkuasa di balik layar, meraka berafiliasi dengan beberapa pejabat negara yang dinilai dapat menguntungakan para mafia, apapun akan dilakukannya termasuk harus terlibat dalam pendanaan dalam politik praktis. Sampai saat ini pun peranan mafia dalam menentukan pejabat negara masih berlangsung.
Kenyataan itu telah banyak dialami negara-negara Eropa sebelumnya dan mengakibatkan kerugian yang sangat luar biasa. Hingga beberapa ilmuan terus bereksperiman untuk merubah sistem ketata negaraan dengan maksud supaya kekuasana (pemerintah) tidak mempunyai wewenang absolut dan mudah diawasi.
Adalah John Locke yang membagi kekuasaan dalam 3 organ. Pertama, kekuasaan legislatif (membuat undang-undang). Kedua, kekuasaan eksekutif (melaksanakan undang-undang). Dan ketiga, kekuasaaan federatif (melakukan hubungan diplomtik dengan negara-negara lain). Namun konsep ini kalah populer dibandingkan dengan Trias Politica Montesquieu dalam bukunya yang berjudul “L’esprit des Lois”. Dia  memisahan kekuasaan negara mencakup kekuasaan legislatif (membuat undang-undang) kedua, kekuasaan eksekutif (melaksanakan undang-undang). Dan yang ketiga kekuasaaan yudikatif (mengadili bila terjadi pelanggaran atas undang-undang).
Bila melihat perkembangan korupsi akhir-akhir ini sepertinya trias politica Montesquieu sudah tidak bisa dijadikan pedoman, mengingat legislatif, eksutif dan yudikatif adalah organ negara yang secara berjamaah melakukan korupsi.
Adakah teori atau sistem baru yang bisa mengatasi kemunculan korupsi?

Selasa, 05 November 2013

meng "ICON" kan diri

Belakangan ini sering saya lihat di televisi atau poster-poster di masjid sekitaran UGM dan UNY atau mungkin masjid-masjid di Jogjakarta yang memampang poster pengajian yang diisi oleh ustadz-ustadz muda yang namanya sudah tenar di layar kaca.
Ini dia beberapa contohnya:
foto di unggah dari google


  facebook ustadz Pink Al-Koetai


    Ada lagi berpredikat Ustadz GALAU yang di pampang di masjid UNY (foto belum sempat saya ambil).
    Entah apa yang ada di benak para usztad tersebut. Tapi ada kesan yang saya tangkap seolah para ustadz itu seperti sibuk meng "ICON" kan diri supaya lebih dikenal oleh masyarakat luas.
Dan cara mereka macam-macam. Ada embel-embel Ustadz Cinta, ada Ustad Pink, kemana-mana kalau berdakwah selalu memakai baju warna Pink. Ada lagi  dengan permainan kata-kata, "Jama'ah heee jama'ah. Curhat Mama dan lain sebagainya.
    Para da'i yang muncul di televisi sepertinya sibuk dengan identitasnya masing masing, meminjam bahasa Hatta Abdul Malik Dosen IAIN Walisongo Semarang, mereka adalah "Da'i tainment" yang menurut saya sifatnya sebagai syiar tapi belum terlalu banyak menyentuh aspek sosio cultural yang dialami masyarakat sesungguhnya.
    Menurut H. Zainuddin MZ. "Ustadz, kyai dan ulama' lisensinya itu dari masyarakat, ustadz, kyai dan ulama' bukan seorang sarjana di mana lisensinya itu diberikan oleh negara."
Jadi sangat jelas maksudnya, tak perlu saya kira ustadz sibuk memproklamasikan namanya. Jika seperti itu meraka hampir tak ada bedanya dengan Inul daratista Goyang Ngebor, Dewi Persik Goyang Gergaji, Zaskia Gotik Goyang Itik. Embel-embel nama di belakanya adalah cara untuk meng "ICON" kan diri. Bedanya meraka di dunia dangdut satunya di dunia per-ustadz-tan
    __ Al ulamau warasatul anbia' __Ulama pewaris para nabi diartikan oleh al-Mawardi bahwa mereka (ulama) kedudukan dalam agama setingkat dengan nabi. Ulama yang terdidik dengan etika para nabi tidak menuntut sesuatu kepada manusia dalam menebarkan ilmunya.Dengan demikian, ulama pewaris nabi adalah para ulama yang mempunyai ilmu kawniyyah (membaca fonemena alam) dan qur’aniyyah, juga mempunyai perilaku yang mendekati kepada perilaku nabi dalam arti lain memahami, menguasai dan bisa mengamalkan Sunah Nabi. 
    Jadi kesimpulannya jika mereka ingin menyampaikan ilmu agama maka sampaikanlah, jangan terlalu sibuk meng "ICON" kan diri, biarlah masyarakat mengenal para ustadz yang mulia itu karena ilmunya bukan semata-mata karena fisiknya yang divermak supaya dapat dikenali dan laku.

Waallu'alam

Teruslah bergerak, agar engkau tidak jatuh

Lakukan kebaikan, apapun itu hingga ia berhasil

__Rio Inaba__


Sejak kecil aku punya cita, dan cita-cita itu seiring waktu selalu berubah-ubah seperti mengikuti kemana zaman akan berputar.
Masih kuingat dengan baik cita-citaku sejak kecil ingin menjadi artis, penyanyi lebih tepatnya mungkin. Dan tokoh idolaku saat itu adalah Abiem Ngesti, pelantun lagu "Pengeran dangdut"

"Suaraku terdengar di mana-mana dari kota sampai ke pelosok desa."

    Dahsyat sekali. Itulah salah satu potongan lirik yang sangat indah paling tidak menurut versiku.
    Untuk menunjang cita-citaku yang sangat absurditas itu aku ingin sekali mempunyai gitar seperti yang dimiliki Abiem Ngesti, tapi untuk menvisualisasikan itu aku tahu orang tuaku tidak akan pernah merelakan uang yang harusnya bisa dimakan untuk satu keluarga hanya untuk memenuhi hasratku yang konyol. Karena waktu itu kehidupan keluarga kami masih dalam serba kekurangan.
Entah dari mana tiba-tiba aku berfikir untuk membuat gitar serupa dari papan kayu yang ada di atas kandang sapi. Ketika aku meminta ijin pada Bapak untuk mempergunakan papan kayu itu beliau meng "ya" kan permintaanku.
    Segeralah aku membuat sketsa gitar itu berdasarkan ingatan yang masih terekam di kepalaku, aku membayangkan setiap lekuk dan bantuknya harus menyerupai gitar sang idolaku, digergaji sedemikian rupa. Berhasil! Tapi tentu saja gitar itu jauh dari sifat fungsi aslinya.
    Sejauh itu aku bangga dengan kreativitasku meskipun gitar itu belum bisa berbunyi lantaran belum ada senarnya. Aku pun kembali mencari solusi bagaimana caranya supaya gitar itu bisa berbunyi. Yap...! Aku teringat kabel rem sepeda yang tak terpakai di kolong kamar tidurku. Segera aku menghambur ke sana dan mencabut serabut rem itu lalu aku pasang layaknya gitar pada umumnya. Jreng...jreng...Bangga bukan main.
    Dengan gitar tiruan itu aku sering berkelana keliling desa, untuk menunjukkan, pamer kepada teman-temanku bahkan semua orang-orang di kampungku. Saat itu aku tidak sadar kalau sedang mengalami sindrom popularitas, karena saking sibuknya pamer gitar ke sana kemari, aku lupa menunaikan pekerjaanku sabagai anak penjual ES, Ibuku marah, murka hingga mengambil paksa gitar kesayanganku, lalu gitar itu dipotong-potong dengan sadis di depanku. Aku menangis, dan meminta maaf sama ibuku dan aku berjanji tak akan lalai dengan tugasku lagi.

    Sejak saat itulah ..... aku telah mengubur mimpiku untuk menjadi seorang penyanyi, aku tidak ingin mengecewakan ibuku, aku tidak ingin membuat Ibu marah hanya karena cita-citaku.


    Delapan tahun kemudian, ketika aku kelas dua SMA aku mulai berani lagi bermain-main gitar meminjam kepunyaan temanku. Diusia seperti itu, ketika teman-teman sudah bisa melantunkan lagu diiringi gitar, aku masih berkutat belajar bagaimana memencet grip dengan benar, bahkan aku sering ditertawakan dan diejek teman-tamanku bukan karena hanya tidak bisa memainkan gitar melainkan karena suaraku yang juga fals. Sama sekali aku tidak surut karena ejekan itu sampai akhirnya aku bisa memainkan alat  musik itu.
     Ketika aku bisa menciptakan lagu dan pernah diperdengarkan saat acara reuni.... tidak ada yang percaya kalau itu adalah karyaku. "Mungkin mereka menganggap bahwa orang yang baru belajar bermain gitar tidak boleh menciptakan lagu." Itu masalah mereka, aku sudah terbiasa tidak diakui oleh orang tapi paling tidak aku tidak ikut-ikutan seperti mereka dengan tidak mengakui diriku sendiri. Waktulah yang akan membuktikan.

    Dan sebagai wujud kecintaanku pada Ibuku, inilah lagu yang aku persembahkan untuk beliau.

Saat malam tiba kuteringat padamu
Wajahmu terbayang di pelupuk mataku
Indahnya dunia tak seindah kasihmu
Kusadari itu disaat kujauh 
Merindukan hadirmu di dalam hatiku....

Saat kusendiri kutak mungkin berarti
Menjalani hidup tanpamu di sampingku
Indahnya dunia tak seindah kasihmu
Kupahami itu disaat kutahu
Kuterlahir darimu.... darimu

Oh...Ibu inilah anakmu yang selalu rindu akan kehadiranmu....
Oh...Ibu inilah anakmu yang selalu rindu akan kasih sayangmu.....

SELAMAT TAHUN BARU 1435 HIJRIAH
TERUSLAH BERGERAK...

Sabtu, 02 November 2013

Perang Melawan Korupsi

Bagi saya, korupsi adalah suatu penyakit ganas yang menggerogoti kesehatan masyarakat seperti halnya penyakit kanker yang setapak demi setapak menghabisi daya hidup manusia[1]. Ungkapan Selo Sumardjan
Read more at http://www.herdi.web.id/jejak-budaya-korupsi-di-indonesia/#j4Cbmh8WEYqA74wx.99
Bagi saya, korupsi adalah suatu penyakit ganas yang menggerogoti kesehatan masyarakat seperti halnya penyakit kanker yang setapak demi setapak menghabisi daya hidup manusia[1]. Ungkapan Selo Sumardjan
Read more at http://www.herdi.web.id/jejak-budaya-korupsi-di-indonesia/#j4Cbmh8WEYqA74wx.99
 Bagi saya, korupsi adalah suatu penyakit ganas yang menggerogoti kesehatan masyarakat seperti halnya penyakit kanker yang setapak demi setapak menghabisi daya hidup manusia”
__Selo Sumardjan __

Saya masih ingat ketika sempat bertanya kepada dosen semasa masih kuliah di fakultas hukum 8 tahun yang lalu, "Bagaimana kondisi hukum di Indonesia 4 atau 8 tahun yang akan datang?". Jawabnya simpel. "Makin hancur".  Waktu itu saya sempat berdebat mengenai beberapa fakta dan opini, karena semanjak era reformasi bergulir harapan negeri ini akan semakin baik sepertinya terbuka lebar. Namun dosen saya boleh dikata pesimis jika reformasi akan berjalan seperti skenario yang dikehendaki oleh sebagian besar mahasiswa dan tokoh reformis muda yang kala itu dipelopori Prof. DR. HM. Amin Rais.

 "Sebentar lagi kamu akan melihat penguasa di negeri ini semakin rakus. Dan mereka tidak terkendali seperti binatang yang lepas dari kandangnya".

Itulah antitesa dari banyak fakta yang saya paparkan.
Dua, empat, enam, delapan tahun waktu berlalu, dimana setiap pergantian tahun saya selalu mengamati perubahan negeri ini yang sepertinya memang semakin memburuk dan memperihatikan.
Mulai dari elit politik kelas bawah, menengah, sampai yang elit di Senayan sana. Nyaris tidak ada yang beres. Kantor partai politik, kantor kementrian, kantor DPR, kantor departemen Agama berubah menjadi markas persekongkolan para sekawanan KORUPTOR, bahkan MK yang didaulat menjadi wakil Tuhan kini ikut-ikutan menjadi wakil setan. 
Kini kerusakan negeri ini  semakin parah, di ujung nadir, ibarat penyakit dia telah mengalami komplikasi tingkat dewa, (bahkan mungkin bermutasi menjadi kombinasi) dokter spesialis pun telah pula angkat tangan. Lalu masikah di sana ada obat alternatif untuk mengobati negeri yang semakin kronis ini? Jangan menyerah kawan. Harapan itu jangan sampai pupus.

"Negeri ini sudah terlanjur ada, mau bagaimana kondisinya kita harus menerima sebagai konsekwensi sejarah, tapi kalau kita membenci pejabat karena kelakuan buruknya, cukuplah sampai di situ, 
KITA JANGAN LAGI MENAMBAH JUMLAHNYA".

LAWAN KORUPSI DARI DIRI SENDIRI...!!!

Rabu, 30 Oktober 2013

Ironi di balik Hujan

Di Jogja, musim hujan telah datang seminggu yang lalu. Dan pada umumnya bagi daerah tropis musim hujan telah mengguyur membahasi bumi di beberapa wilayang di Indonesia. 
Bagi sebagian masyarakat yang menghuni lahan tandus dan kering kedatangan hujan adalah berkah yang tak ternilai, namun di sisi lain ada ironi yang terselip dibalik anugerah Tuhan yang sangat agung itu.
Ketika mendung semakin pekat, udara tiba-tiba dingin, hujan mungkin dalam beberapa detik akan tumpah, jalanan di kota Jogja padat merayap, aku melihat lari sepeda motor adalah kendaraan paling cepat dibanding kendaraan lainnya dan sering berbelok dan berkelit menyalip mobil di setiap celah yang meraka anggap bisa dilalui, pengemudi akan menerobos celah-celah itu sekali pun sangat sempit, bahkan kadang merampas hak pejalan kaki sakali pun.
Setelah saya amat-amati, perilaku pengedara yang memacu kendaraanya tiga bahkan empat kali lebih cepat dari biasanya ternyata dipicu oleh hujan yang mungkin sebentar lagi akan mengguyur mereka hingga mengabaikan keselamatan dirinya dan juga keselamatan orang lain. 
Hipotesis,.... seseorang mungkin saja lebih takut kehujanan dari pada takut kehilangan nyawa.

SELAMAT DATANG HUJAN....WASPADALAH....!!!